BIKIN MERINDING! SOSOK BERPENGARUH DI SEVENTEEN BAND UNGKAP KISAH PERJALANAN MEREKA

Sebelumnya, saya mengucapkan turut berduka cita atas musibah tsunami yang melanda wilayah Banten dan Lampung. Kejadian ini banyak menelan korban jiwa yang beberapa diantaranya adalah anggota keluarga besar SEVENTEEN BAND (mas Herman, mas Bani, mas Andi, mbak Dylan, mas Oki dan mas Ujang). Semoga arwah para korban yang meninggal di terima segala amal ibadahnya dan dihapuskan seluruh dosa-dosanya, serta ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi Allah Subhana Wata'ala, dan untuk korban yang selamat beserta keluarga korban yang ditinggalkan diberikan ketabahan, kesabaran dan kekuatan untuk bangkit dan menjalani kehidupan di kemudian hari. Aamiin.

Artikel ini saya salin dari story instagram bang Dendi Reynando (@dreynando) sebagai wujud penghormatan saya kepada SEVENTEEN BAND beserta seluruh crew dan manajemennya. Karena banyak karya-karyanya yang memberikan inspirasi di kehidupan saya sebelumnya.


Instagram/@dreynando/@seventeenbandid

SEVENTEEN dan kisahnya


Sore itu bulan september tahun 2004 suasana di kota jogja sedang dirundungi hujan. Saya duduk di depan distro yang baru saya rintis bersama 4 orang teman bernama Blenk Aidi co. Dari kejauhan ada sebuah motor datang merapat untuk berteduh. Sosok itu melempar senyum ramahnya. Lalu masuk kedalam distro. Saya merasa kenal sosoknya. "Kok saya kayak pernah liat ya mas" kata saya. Orang tersebut tersenyum dan bilang "Mirip kali mas".

Lalu dia memilah milih baju-baju yang dia sukai. Saya tetap memperhatikan wajahnya untuk mengingat dimanakah saya bertemu orang ini. Setelah melakukan transaksi, saya mencoba menekankan lagi, "Serius mas kok saya pernah liat ya wajahnya" kata saya. Lalu orang tersebut mengeluarkan stiker SEVENTEEN BAND dari dalam tas nya. Sontak saya bilang "Pantesan, saya nonton launching album pertamanya di lapangan lembah UGM dan saya suka lagu-lagunya mas". Dan kami pun berkenalan. "Saya dendi". "Saya herman". Lalu obrolan sore itu mengalir dengan akrabnya yang berujung dengan Herman akan membawa teman-teman personil lain.

Saya kemudian menyadari hujan sore itu membuat saya berkenalan dengan herman menjadi titik penting dalam karir saya. Selanjutnya saya mengenal kak Bani, kak Andi, kak Yudhy, Resa, Doni. Saya merasakan chemistry yang luar biasa saat bersama mereka. Keramahan nya, tawa nya, semangat nya dan mimpi-mimpinya terhadap seventeen.

Akhirnya seventeen menjadi salah satu band yang saya endorse dengan brand clothing saya tersebut. Resa yang sudah menjadi manager Seventeen saat itu mengajak saya bergabung untuk mempersiapkan album kedua seventeen. Kondisinya Seventeen butuh investor untuk persiapan tersebut, dikarenakan label Universal menghentikan produksi artis lokalnya. Saya membuatkan business plan Album kedua untuk presentasi kepada investor.

Singkat cerita, kami mendapat investor lalu bergabung dengan salah satu label indie. Saya dan seventeen resmi menjadi "kami" dan berbagi tugas dengan resa untuk mengurus bisnis Seventeen.

Namun perjalanan tak mudah, tahun 2006 saat promo album kedua terjadi gempa jogja yang membuat aktivitas promo seventeen terhenti karena kami memutuskan balik ke Jogja untuk mengevakuasi keluarga dan recovery. Pada tahun yang sama, Doni vokalis seventeen tidak lagi bergabung. Tahun yang cukup berat. Banyak suara minor yang pesimis tentang kelanjutan Seventeen dikarenakan Doni adalah pencipta lagu lagu hits di 2 album yang sudah rilis tersebut.

Bahkan ada salah satu music producer yang masih saya ingat wajahnya menyarankan agar bubar aja karena lagu anak-anak yang lain itu nggak ada yang kuat. Namun kak herman, kak bani, kak andi dan kak yudy tetap semangat untuk melakukan audisi vokalis baru. Dalam proses itu kami menemukan ifan dengan suara yang luar biasa dan personality yang sangat sangat menyenangkan.

Kehadiran ifan memberikan energy yang unstopable untuk seventeen terus berkarya. Saya merasakan suara ifan dengan lagu ciptaan herman, bani, yudy dan andi menghasilkan komposisi yang indah sekali. Berbekal demo lagu baru itu pada Tahun 2007 saya dan resa bolak balik ke jakarta untuk mengajukan demo ke label label.

Pada saat itu intensitas manggung menurun yang mengakibatkan kami pindah beskem ke sebuah gang kecil di daerah pinggiran jogja. Rumah petak murah ukuran 4x10 meter. Rumah yang sangat sederhana sekali. Deru nafas tetangga disebelah saja bisa kedengaran karena tidak ada plafon. Jadi kami bisa bermain ping pong dengan berbatas tembok sama tetangga sebelah. Kami merasa tidak enak dengan tetangga karena suara tawa kami cukup mengganggu mereka.

Belum lagi di tambah kelakuan kelakuan yang memancing tawa, seperti herman yang usil dengan hoax yang selalu disebarkan, yudy yang suka ngeles dan punya teori sendiri terhadap banyak hal, bani yang latah dan selalu mengeluhkan anak anak yang nggak pernah ontime, andi yang kritis tapi kadang menimbulkan perdebatan tak berujung dan ifan yang punya semangat menggebu gebu dalam setiap hal.

Saat itu kami selalu makan angkringan nasi kucing dan gorengan setiap hari nya. Karena murah.

Post a Comment for "BIKIN MERINDING! SOSOK BERPENGARUH DI SEVENTEEN BAND UNGKAP KISAH PERJALANAN MEREKA"